Dinamika Harga Karet Alam Global dan Implikasinya Terhadap Ekonomi Indonesia (31 Maret – 6 April 2025)

EKONOMI & BISNISOPINI & ANALISISPOLITIK & KEBIJAKAN PUBLIK

4/6/20253 min read

Dinamika Harga Karet Alam Global dan Implikasinya Terhadap Ekonomi Indonesia (31 Maret – 6 April 2025)

Sebuah Kajian Ekonomi Komoditas Global dan Respons Domestik

Abstrak
Harga karet alam (natural rubber) global menunjukkan volatilitas selama periode 31 Maret hingga 6 April 2025, yang mencerminkan dinamika ketidakseimbangan struktural antara permintaan dan pasokan. Kenaikan harga sempat terjadi pada awal pekan akibat ekspektasi defisit pasokan dari negara produsen utama, namun tekanan pasar dan koreksi teknikal menyebabkan penurunan harga pada akhir pekan. Artikel ini menganalisis faktor-faktor fundamental dan teknikal yang memengaruhi pergerakan harga karet alam, serta dampaknya terhadap perekonomian Indonesia sebagai salah satu eksportir utama dunia.

1. Pendahuluan

Karet alam merupakan komoditas strategis yang digunakan luas dalam industri otomotif, manufaktur, dan kesehatan global. Indonesia sebagai negara penghasil terbesar kedua dunia memiliki ketergantungan ekonomi signifikan terhadap ekspor komoditas ini. Volatilitas harga karet di pasar internasional berpotensi memengaruhi neraca perdagangan, pendapatan petani, dan sektor manufaktur hilir di dalam negeri (Hayashi, 2019; Purnamasari & Wardhani, 2021).

2. Pergerakan Harga Mingguan

Berdasarkan data dari ASEAN Rubber Business Council (ARBC), harga karet jenis Standard Indonesian Rubber (SIR 20) tercatat mengalami pergerakan sebagai berikut:

Tanggal - Harga (sen/kg)

  • 31 Maret - 196,20

  • 1 April - 200,10

  • 2 April - 198,90

  • 3 April - 194,05

  • 4 April - 192,25

Sumber: ARBC Price Bulletin (2025)

Pergerakan ini menunjukkan kenaikan +2,0% pada awal pekan, disusul penurunan -3,9% hingga penutupan akhir pekan. Pola tersebut mencerminkan volatilitas teknikal yang dipengaruhi sentimen jangka pendek terhadap defisit pasokan.

3. Faktor Global yang Mempengaruhi Harga

3.1. Ketidakseimbangan Permintaan dan Penawaran

Menurut laporan Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC), produksi global pada Q1 2025 hanya tumbuh 0,3%, sementara permintaan tumbuh 1,8% (ANRPC, 2025). Hal ini menciptakan defisit pasokan sekitar 700.000 ton secara global, menyebabkan ketegangan harga pada awal April.

3.2. Permintaan dari Tiongkok dan India

Lonjakan konsumsi industri di dua negara konsumen terbesar—China dan India—berkontribusi terhadap permintaan tinggi. Sektor otomotif kedua negara diperkirakan tumbuh masing-masing sebesar 6,2% dan 4,9% pada Q2 2025, yang memicu kenaikan permintaan bahan baku karet (Zhou & Rahman, 2023).

3.3. Faktor Cuaca dan Produksi

Produksi karet Indonesia, Thailand, dan Malaysia mengalami tekanan akibat cuaca ekstrem dan penyakit tanaman. Di Indonesia, produksi menurun 9,8% akibat pergeseran lahan ke komoditas sawit (Kementerian Pertanian RI, 2025).

4. Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia

4.1. Penurunan Ekspor dan Risiko Neraca Perdagangan

Sebagai eksportir utama, Indonesia terdampak secara langsung oleh fluktuasi harga global. Volume ekspor menurun sebesar 12% pada Q1 2025, menyebabkan penurunan nilai ekspor lebih dari Rp 1,3 triliun dari Sumatera Selatan dan Jambi (BPS, 2025).

4.2. Tekanan pada Pendapatan Petani

Petani karet menghadapi penurunan margin akibat harga domestik yang tertinggal dibandingkan harga ekspor. Rata-rata pendapatan per hektar menurun sebesar 7,6% secara triwulanan (Pusat Kajian Agraria UI, 2025).

4.3. Efek Inflasi pada Industri Hilir

Industri pengolahan karet nasional mengalami kenaikan biaya produksi sebesar 1,2% karena terbatasnya pasokan bahan baku domestik (Asosiasi Produsen Karet Indonesia, 2025).

5. Proyeksi Harga Minggu Kedua April 2025

Secara teknikal, harga SIR 20 saat ini berada di zona support 191–192 sen/kg dengan resistensi jangka pendek di 205 sen/kg. Analisis indikator RSI (Relative Strength Index) menunjukkan level 47, yang menandakan pasar belum berada di zona overbought.

Skenario Harga:

  • Bullish (50%): Jika data permintaan China tetap kuat, harga dapat naik ke 205–215 sen/kg.

  • Netral (35%): Harga bergerak sideways dalam kisaran 192–200 sen/kg.

  • Bearish (15%): Jika permintaan melemah atau suplai membaik, harga bisa koreksi ke bawah 190 sen/kg.

6. Kesimpulan

Harga karet alam selama periode 31 Maret – 6 April 2025 mengalami dinamika yang mencerminkan tekanan struktural dari sisi pasokan serta pengaruh sentimen pasar jangka pendek. Indonesia sebagai produsen dan eksportir utama mengalami tekanan dari sisi ekspor dan kesejahteraan petani. Untuk mempertahankan daya saing sektor ini, diperlukan intervensi kebijakan yang memperbaiki efisiensi produksi dan mendukung industrialisasi hilir.

Daftar Pustaka

  • ANRPC. (2025). Monthly Rubber Statistical Bulletin – March 2025. Association of Natural Rubber Producing Countries.

  • ARBC. (2025). Daily SIR 20 Composite Price Report. ASEAN Rubber Business Council.

  • Badan Pusat Statistik (BPS). (2025). Ekspor Karet Alam Maret 2025.

  • Hayashi, R. (2019). Natural Rubber in the Global Economy: Market Dynamics and Institutional Challenges. World Bank.

  • Kementerian Pertanian Republik Indonesia. (2025). Laporan Produksi Perkebunan Triwulan I.

  • Purnamasari, I., & Wardhani, F. (2021). “Dampak Fluktuasi Harga Komoditas terhadap Ketahanan Ekonomi Petani Karet.” Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik, 12(3), 33–49.

  • Zhou, L., & Rahman, A. (2023). “Rubber Consumption and Auto Industry Growth: Empirical Evidence from Asia.” Asia Pacific Journal of Economic Studies, 14(2), 101–117.

  • APKI (Asosiasi Produsen Karet Indonesia). (2025). Outlook Industri Hilir Karet 2025.