FILIPINA MENGUMUMKAN RENCANA PEMBELIAN 20 JET TEMPUR F-16 DARI AMERIKA SERIKAT DALAM KESEPAKATAN SENILAI $5,58 MILIAR
OPINI & ANALISISPOLITIK & KEBIJAKAN PUBLIK
4/3/20253 min read


Pada April 2025, Filipina mengumumkan rencana pembelian 20 jet tempur F-16 dari Amerika Serikat dalam kesepakatan senilai $5,58 miliar. Pembelian ini menandai langkah penting dalam upaya Filipina untuk memodernisasi kekuatan militernya, seiring dengan peningkatan ketegangan di Laut Cina Selatan dan ancaman dari negara-negara besar di kawasan Asia Pasifik. Jet F-16, yang dikenal dengan kemampuan tempurnya yang tinggi, dirancang untuk memperkuat pertahanan udara Filipina, terutama dalam konteks sengketa wilayah yang melibatkan Tiongkok. Dalam esai ini, kita akan membahas perjalanan sejarah hubungan pertahanan antara Filipina dan Amerika Serikat, serta menganalisis dampak geopolitik dari keputusan pembelian ini.
Sejarah Hubungan Pertahanan Filipina dan Amerika Serikat
Hubungan pertahanan antara Filipina dan Amerika Serikat telah berlangsung selama lebih dari satu abad, dimulai sejak Filipina menjadi koloni Amerika pada awal abad ke-20. Setelah memperoleh kemerdekaan pada tahun 1946, Filipina dan Amerika Serikat menandatangani Perjanjian Pertahanan Mutual (MDT) pada tahun 1951, yang mengikat kedua negara untuk saling mendukung dalam menghadapi ancaman luar. Perjanjian ini menjadi dasar dari aliansi militer yang kuat, yang telah berlangsung meskipun ada dinamika politik yang berubah-ubah di kedua negara.
Pada dekade 1990-an, hubungan militer Filipina dan Amerika Serikat sempat terganggu setelah penutupan pangkalan militer AS di Subic Bay dan Clark Air Base. Namun, pada tahun 1998, Filipina dan Amerika Serikat kembali memperbarui kerjasama mereka melalui Perjanjian Kunjungan Pasukan (VFA), yang memungkinkan kehadiran pasukan AS di Filipina untuk tujuan latihan dan bantuan militer. Sejak saat itu, kerjasama pertahanan kedua negara semakin erat, termasuk dalam program-program latihan militer bersama dan penjualan peralatan militer, seperti helikopter Black Hawk dan kapal perusak.
Analisis Geopolitik dan Dampak Pembelian F-16
Pembelian jet tempur F-16 oleh Filipina dari Amerika Serikat dapat dilihat sebagai respons terhadap perkembangan geopolitik yang semakin kompleks di kawasan Asia Pasifik, khususnya terkait dengan sengketa di Laut Cina Selatan. Laut Cina Selatan merupakan jalur perdagangan strategis yang kaya sumber daya alam, dan Tiongkok telah mengklaim hampir seluruh wilayah tersebut, termasuk zona ekonomi eksklusif negara-negara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei. Meskipun sebuah tribunal internasional pada 2016 memutuskan bahwa klaim Tiongkok tidak memiliki dasar hukum internasional, Beijing tetap bersikeras atas haknya terhadap wilayah tersebut (The Hague, 2016).
Filipina, sebagai salah satu negara yang paling terpengaruh oleh klaim Tiongkok, telah memperkuat posisi militernya untuk menjaga kedaulatannya di wilayah tersebut. Pembelian F-16, yang direncanakan untuk meningkatkan kemampuan patroli udara dan interoperabilitas militer dengan Amerika Serikat, merupakan langkah penting dalam memperkuat pertahanan udara Filipina. Menurut laporan Pentagon, pesawat F-16 ini akan membantu meningkatkan kemampuan Filipina dalam menghadapi potensi ancaman dari negara-negara yang memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih dengan Filipina, termasuk Tiongkok (US Department of Defense, 2025).
Lebih lanjut, keputusan Filipina untuk membeli jet F-16 ini dapat dilihat sebagai bagian dari upaya negara tersebut untuk memperkuat hubungan pertahanan dengan Amerika Serikat. Dalam konteks ini, Amerika Serikat memberikan dukungan penting bagi Filipina dalam memperkuat kemampuan militernya, yang dapat digunakan untuk mengimbangi pengaruh Tiongkok di kawasan. Keputusan ini juga mencerminkan perubahan dalam strategi pertahanan Filipina, yang kini lebih berfokus pada modernisasi dan peningkatan kemampuan alutsista (alat utama sistem senjata) negara tersebut.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Meskipun pembelian jet F-16 ini penting dalam konteks pertahanan, langkah ini juga menimbulkan beberapa dampak sosial dan ekonomi di Filipina. Dari sisi ekonomi, pembelian jet tempur ini membutuhkan dana yang besar, yang menambah beban anggaran Filipina. Dalam situasi ekonomi yang sulit, di mana Filipina masih berusaha pulih dari dampak pandemi COVID-19, pengeluaran besar untuk pembelian senjata dapat mempengaruhi alokasi anggaran untuk sektor-sektor lain, seperti pendidikan dan kesehatan.
Selain itu, dampak sosial dari pembelian F-16 juga dapat mempengaruhi hubungan Filipina dengan negara-negara tetangga, terutama dengan Tiongkok. Beijing telah mengkritik kebijakan pertahanan Filipina yang lebih dekat dengan Amerika Serikat, dan pembelian F-16 ini dapat memperburuk ketegangan yang sudah ada. Namun, Filipina tampaknya lebih memilih untuk mempertahankan kedaulatan wilayahnya dan meningkatkan kemampuan pertahanannya, meskipun harus menghadapi potensi dampak negatif dari hubungan diplomatik dengan Tiongkok.
Kesimpulan
Pembelian jet F-16 oleh Filipina dari Amerika Serikat merupakan langkah strategis yang penting dalam konteks geopolitik Asia Pasifik, terutama dalam menghadapi ancaman dari Tiongkok di Laut Cina Selatan. Melalui pembelian ini, Filipina memperkuat kemampuan militernya dan mempererat hubungan pertahanannya dengan Amerika Serikat. Namun, langkah ini juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang perlu diperhatikan, mengingat beban anggaran yang besar dan potensi dampak negatif terhadap hubungan diplomatik dengan Tiongkok. Sebagai bagian dari upaya modernisasi militer, keputusan Filipina ini mencerminkan strategi negara tersebut dalam menjaga kedaulatannya dan memperkuat posisinya di kawasan yang semakin kompleks.
Referensi
The Hague. (2016). South China Sea Arbitration Award (PCA Case No. 2013-19). Permanent Court of Arbitration.
US Department of Defense. (2025). Philippines to Acquire F-16 Fighter Jets from US. Pentagon Press Release.