INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) ANJLOK 9,2%

EKONOMI & BISNIS

4/8/20252 min read

Pasar saham Indonesia mengalami guncangan signifikan pada 8 April 2025, ditandai dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 9,2% saat pembukaan, yang memicu penghentian perdagangan sementara (trading halt). Tekanan ini berlanjut meskipun IHSG sempat pulih, dengan penurunan total hari itu mencapai 8,5%. Fenomena ini mengindikasikan adanya tekanan eksternal yang kuat terhadap stabilitas ekonomi nasional.

Faktor Penyebab

Salah satu penyebab utama penurunan pasar saham adalah kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap ekspor Indonesia. Pemerintahan Donald Trump mengenakan tarif sebesar 32% pada sejumlah produk Indonesia, termasuk tekstil dan alas kaki. Kebijakan ini berdampak negatif terhadap sentimen investor karena dikhawatirkan akan mengurangi daya saing produk ekspor dan mempersempit pasar Indonesia di AS, mitra dagang utama.

Faktor lain yang memperparah situasi adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang menyentuh rekor terendah Rp16.850 per USD—level yang belum pernah terjadi sejak krisis moneter 1998 (Bank Indonesia, 2025). Depresiasi ini memperkuat kekhawatiran pasar terhadap ketahanan fundamental ekonomi domestik.

Respon Pemerintah dan Otoritas Moneter

Pemerintah Indonesia merespons kondisi ini dengan pendekatan diplomatik dan ekonomi. Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia tidak akan melakukan tindakan balasan yang konfrontatif, melainkan mengirim delegasi tingkat tinggi ke Amerika Serikat untuk melakukan negosiasi dagang. Langkah ini mencerminkan prinsip hubungan dagang yang adil dan setara (fair and equal partnership).

Sementara itu, Bank Indonesia mengumumkan intervensi agresif di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah dan mengurangi volatilitas pasar keuangan. Intervensi dilakukan melalui pasar spot, non-deliverable forward (NDF), serta pasar obligasi sekunder (Bank Indonesia, 2025).

Implikasi dan Tantangan

Penurunan pasar saham yang drastis dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap risiko sistemik dan stabilitas jangka panjang ekonomi Indonesia. Hal ini juga dapat berdampak pada arus modal keluar (capital outflow) serta melemahkan investasi domestik dan asing (Yulianti & Hartono, 2020). Untuk jangka panjang, Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonomi melalui diversifikasi pasar ekspor, peningkatan nilai tambah industri, serta penguatan fundamental fiskal dan moneter.

Kesimpulan

Penurunan pasar saham Indonesia pada April 2025 mencerminkan kerentanan terhadap gejolak global, khususnya kebijakan proteksionis negara mitra dagang utama. Meskipun kondisi ini menantang, respons pemerintah yang mengedepankan diplomasi dan intervensi moneter yang terukur menunjukkan langkah awal yang strategis. Ke depan, penguatan struktur ekonomi nasional dan pengelolaan risiko eksternal harus menjadi prioritas utama untuk menjaga ketahanan dan daya saing Indonesia dalam perekonomian global.