[LAPORAN EKSKLUSIF MONGKEY.COM] Coal Market Insight – Edisi 31 Maret - 06 April 2025

EKONOMI & BISNISOPINI & ANALISISKEBIJAKAN EKONOMI & REGULASI

4/6/20252 min read

worm's-eye view photography of concrete building
worm's-eye view photography of concrete building

[LAPORAN EKSKLUSIF MONGKEY.COM] Coal Market Insight – Edisi Indonesia

Catatan Strategis Mingguan: 31 Maret – 6 April 2025

RINGKASAN: Permintaan Melemah, Harga Batu Bara Tertekan

  • Harga batu bara termal turun hampir 4,36% dalam sepekan terakhir—dari USD 104,00/ton (31 Maret) menjadi USD 99,70/ton (4 April), menurut data ICE Rotterdam.

  • Intinya: Turunnya permintaan dari negara-negara Asia dan kebijakan tarif AS membuat harga global goyah. Di dalam negeri, aturan baru soal harga patokan (HBA) juga bikin ekspor kita jadi kurang bersaing.

A. APA SAJA PENYEBABNYA?

  1. Tekanan Global

    • Impor Asia Melambat:
      Negara-negara besar seperti Jepang memangkas pembelian batu bara—dari 27,8 juta ton menjadi hanya 25 juta ton di kuartal pertama. Ini bikin pasokan menumpuk di pasar internasional.

    • Tarif Dagang dari AS:
      Kebijakan tarif baru dari AS bikin industri di China dan Vietnam melambat, dan ini ikut menurunkan konsumsi energi—termasuk dari batu bara. Prediksi permintaan bisa turun lebih dari 10% di kuartal 2.

  2. Perubahan Regulasi di Indonesia

    • Harga Patokan Jadi Batas Bawah:
      Mulai 1 Maret 2025, harga batu bara acuan (HBA) jadi batas minimum harga jual ekspor dan lokal. Tujuannya: lindungi pendapatan negara.
      Tapi konsekuensinya, harga batu bara Indonesia bisa jadi lebih mahal dibanding negara lain, terutama kalau harga global sedang turun.

    • Dampaknya: Perusahaan yang jual ke pasar spot (tanpa kontrak jangka panjang) bakal kena imbas penurunan margin.

B. DAMPAK KE EKONOMI INDONESIA

  1. Pendapatan Ekspor Terancam:
    Sektor batu bara menyumbang 12,6% ekspor nasional. Kalau harga terus turun, neraca perdagangan bisa tertekan dan nilai tukar rupiah ikut melemah.

  2. Anggaran Negara Bisa Terpengaruh:
    Pajak dan royalti batu bara menyumbang lebih dari Rp120 triliun per tahun. Kalau pendapatan dari batu bara turun, risiko defisit APBN bisa meningkat.

  3. Industri Tambang Tertekan:
    Produsen skala menengah cuma dapat margin < USD 25/ton. Ini bisa bikin perusahaan hemat biaya, kurangi tenaga kerja, bahkan tunda investasi—khususnya di Kalimantan Timur dan Selatan.

C. PERKIRAAN MINGGU DEPAN: 7 – 13 April 2025

  1. Arah Jangka Pendek:
    Cenderung Turun (Bearish) – tapi bisa netral jika ada kabar baik
    Kisaran Harga: USD 98,50 – 101,00/ton

  2. Faktor yang Perlu Dipantau:

  • Data permintaan batu bara dari China pasca Qingming Festival

  • Hasil ASEAN Energy Forum: Apakah energi terbarukan makin didorong?

  • Update volume ekspor dari Kementerian ESDM

  1. Catatan:
    Kalau permintaan tetap lemah dan kebijakan HBA tidak diubah, harga bisa jatuh sampai ke level USD 96,80/ton sebelum ada kemungkinan rebound.

D. SARAN STRATEGIS

  1. Untuk Eksportir:
    Pertimbangkan hedging untuk kontrak pengiriman 30–60 hari ke depan agar risiko harga bisa dikunci.

  2. Untuk Investor:
    Pantau saham tambang batu bara di BEI dan HKEX. Potensi dividen di Q2–Q3 bisa lebih rendah dari ekspektasi.

  3. Untuk Regulator:
    Evaluasi aturan HBA jika perbedaan harga pasar dan HBA tembus 5% selama 3 minggu berturut-turut.

E. SUMBER DATA

  1. Reuters Energy Desk

  2. Investing.com

  3. Badan Pusat Statistik (BPS)

  4. EnergyNews.pro

  5. ICE Coal Futures