Pertumbuhan Ekonomi Global Melambat di Bawah 3% Tahun 2025

GEOPOLITIK & EKONOMI DUNIA

4/9/20252 min read

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia menghadapi berbagai gejolak ekonomi yang bersifat sistemik dan kompleks. Pandemi COVID-19, konflik geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina, serta kebijakan moneter yang ketat di berbagai negara maju telah memicu kekhawatiran terhadap munculnya stagflasi global. Stagflasi, yakni kondisi ekonomi di mana terjadi inflasi tinggi bersamaan dengan stagnasi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pengangguran, menjadi momok yang menantang bagi banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dinamika Stagflasi Global

Fenomena stagflasi bukanlah hal baru. Krisis minyak dunia pada tahun 1970-an menjadi preseden dari munculnya stagflasi global. Dalam konteks saat ini, tekanan inflasi global terjadi akibat terganggunya rantai pasok, kenaikan harga energi dan pangan, serta kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan oleh bank sentral negara maju seperti The Federal Reserve (IMF, 2023). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi global diprediksi melambat di bawah 3% pada tahun 2025, mengindikasikan potensi resesi berskala luas (World Bank, 2024).

Dampak Terhadap Indonesia

Indonesia sebagai negara dengan perekonomian terbuka sangat rentan terhadap dinamika eksternal. Pertama, pelemahan permintaan global akan berdampak pada menurunnya ekspor Indonesia, khususnya komoditas utama seperti batu bara, kelapa sawit, dan karet (BPS, 2024). Kedua, tekanan inflasi impor khususnya bahan pangan dan energi dapat menyebabkan kenaikan harga domestik, yang tidak diimbangi oleh peningkatan daya beli masyarakat.

Bank Indonesia telah menyampaikan bahwa ketegangan ekonomi global meningkatkan risiko pelemahan rupiah, yang dapat memperparah imported inflation (Bank Indonesia, 2025). Selain itu, dengan meningkatnya ketidakpastian global, investor cenderung bersikap hati-hati, menyebabkan penundaan investasi asing langsung (FDI) yang dapat menghambat penciptaan lapangan kerja (Airlangga, 2025).

Respons dan Strategi Pemerintah

Menghadapi ancaman stagflasi, pemerintah Indonesia perlu menjalankan kebijakan ekonomi yang bersifat adaptif dan terkoordinasi. Dalam jangka pendek, stabilisasi harga pangan dan energi harus menjadi prioritas melalui penguatan ketahanan logistik dan diversifikasi sumber pasokan. Di sisi moneter, kebijakan suku bunga yang tepat serta intervensi di pasar valuta asing dapat membantu menjaga stabilitas nilai tukar dan ekspektasi inflasi.

Dalam jangka menengah, percepatan transformasi ekonomi melalui hilirisasi industri dan penguatan sektor manufaktur domestik menjadi kunci untuk meningkatkan ketahanan terhadap tekanan global. Pemerintah juga harus memperkuat jaring pengaman sosial agar masyarakat rentan tidak semakin terdampak oleh kenaikan harga dan pengangguran.

Kesimpulan

Ancaman stagflasi global merupakan tantangan nyata bagi Indonesia yang memerlukan respons kebijakan yang hati-hati dan menyeluruh. Pemerintah perlu bersinergi dengan otoritas moneter, sektor swasta, serta masyarakat sipil untuk menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi kelompok rentan dari dampak paling buruk krisis global. Meskipun kompleks, dengan strategi yang tepat, Indonesia memiliki potensi untuk bertahan dan bahkan tumbuh lebih kuat di tengah ketidakpastian global.