STUDI UNIVERSITAS NEW SOUTH WALES - JIKA SUHU BUMI MENINGKAT 4% DUNIA BERESIKO KEHILANGAN 40% GDP PADA TAHUN 2021
OPINI & ANALISIS
4/2/20253 分钟阅读


Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global Terhambat: Dampak Perubahan Iklim dan Kebijakan Indonesia dalam Menghadapinya
Seiring dengan berjalannya waktu, kita menyaksikan fenomena perubahan iklim yang semakin nyata. Isu ini telah melampaui sekadar perdebatan ilmiah untuk menjadi tantangan yang lebih besar bagi ekonomi global. Sebuah studi dari University of New South Wales mengungkapkan sebuah peringatan yang tidak bisa dianggap remeh: jika suhu global meningkat sebesar 4 derajat Celsius, dunia berisiko kehilangan hingga 40% dari GDP pada tahun 2100 (UNSW, 2025). Di balik proyeksi ini, terdapat ancaman yang mengarah pada ketimpangan ekonomi, pergeseran sosial, dan ketidakpastian geopolitik. Namun, dalam gelombang tantangan ini, Indonesia sebagai negara berkembang memiliki peluang untuk tampil sebagai contoh kebijakan yang progresif dalam menghadapi ancaman tersebut.
Pemahaman Ekonomi dan Lingkungan
Sejarah panjang peradaban manusia menunjukkan bahwa keberlangsungan ekonomi sangat tergantung pada hubungan simbiotik antara manusia dan alam. Pada masa lampau, masyarakat memanfaatkan sumber daya alam tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Dampak dari eksploitasi berlebihan mulai dirasakan pada abad ke-20, ketika industrialisasi dan modernisasi mengguncang keseimbangan ekosistem global.
Pada awalnya, kita mendengar banyak pihak menganggap perubahan iklim sebagai fenomena yang jauh dari jangkauan mereka. Namun, seiring dengan pemanasan global yang semakin nyata, ilmuwan dan ekonom dunia mulai menyadari bahwa kerusakan lingkungan bukan hanya soal perubahan cuaca yang ekstrem, tetapi juga soal kerugian ekonomi yang masif. Indonesia, sebagai negara dengan keragaman hayati yang luar biasa, menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Tak hanya itu, Indonesia juga harus menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhannya di tengah fluktuasi ekonomi global yang semakin kompleks.
Ekonomi Global yang Terancam
Studi dari University of New South Wales menunjukkan bahwa suhu global yang meningkat 4 derajat Celsius dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Penurunan hingga 40% dari GDP global pada tahun 2100 adalah gambaran suram yang menunjukkan betapa pentingnya upaya mitigasi terhadap pemanasan global. Indonesia, dengan proyeksi GDP yang terus berkembang, tentunya tidak luput dari dampak perubahan iklim tersebut. Dalam konteks ini, Indonesia harus menyusun kebijakan yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi domestik tetapi juga mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap sektor.
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengungkapkan bahwa negara-negara berkembang seperti Indonesia akan menghadapi kerugian yang jauh lebih besar dalam jangka panjang jika perubahan iklim tidak diatasi dengan serius. Kerusakan pada sektor pertanian, yang merupakan salah satu pilar utama ekonomi Indonesia, akan berdampak besar pada daya beli masyarakat. Sektor ini menyumbang sekitar 14% terhadap PDB Indonesia (BPS, 2024), dan perubahan iklim dapat mengurangi hasil pertanian, memperburuk krisis air, serta meningkatkan frekuensi bencana alam.
Di sisi lain, data juga menunjukkan bahwa ekonomi digital dan inovasi teknologi dapat menjadi bagian dari solusi. Pemerintah Indonesia telah berupaya memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menciptakan kebijakan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. Misalnya, program green economy yang didorong oleh sektor energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, semakin mendapat perhatian. Selain itu, program Eko-Kapitalisme Indonesia bertujuan untuk mengintegrasikan keberlanjutan dalam setiap sektor ekonomi, termasuk sektor industri dan pertanian.
Peran Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global
Pemerintah Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam merespons tantangan perubahan iklim yang semakin mengancam ekonomi global. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan komitmen untuk mewujudkan Ekonomi Hijau, dengan menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 29% pada tahun 2030 (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2025). Ini adalah langkah positif yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kesadaran tinggi terhadap dampak perubahan iklim.
Namun, di balik langkah-langkah ini, banyak tantangan yang harus dihadapi. Keterbatasan sumber daya dan ketergantungan pada sektor energi fosil masih menjadi masalah besar. Oleh karena itu, kebijakan yang proaktif untuk mengalihkan ketergantungan tersebut menjadi salah satu hal yang penting. Melalui kebijakan yang mendukung investasi dalam energi terbarukan dan inovasi teknologi, Indonesia dapat membangun fondasi yang lebih kuat untuk mengurangi dampak perubahan iklim terhadap perekonomian.
Selain itu, Indonesia juga perlu memperkuat sektor pertanian berkelanjutan. Revolusi pertanian hijau dapat menciptakan peluang untuk meningkatkan produktivitas tanpa merusak lingkungan. Inovasi seperti agroforestry (pertanian hutan) dan penggunaan teknologi pertanian ramah lingkungan dapat menjadi solusi yang tepat dalam menghadapi krisis perubahan iklim, sekaligus menjaga kestabilan ekonomi.
Kesimpulan: Kebijakan Proaktif untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Dalam menghadapi proyeksi dampak perubahan iklim yang dapat mengurangi GDP global hingga 40% pada tahun 2100, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pelopor dalam kebijakan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan kebijakan yang mendukung energi terbarukan, pertanian berkelanjutan, dan investasi dalam teknologi hijau, Indonesia dapat meminimalkan dampak negatif terhadap ekonomi domestik dan berkontribusi pada penyelesaian krisis iklim global.
Namun, untuk mewujudkan ini, kita perlu kesadaran bersama dari semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Jika kebijakan yang tepat dapat diterapkan, Indonesia bukan hanya akan mengurangi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim, tetapi juga dapat menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi generasi mendatang. Maka dari itu, mari kita terus mendukung kebijakan yang pro-rakyat, pro-lingkungan, dan pro-kemajuan Indonesia ke depan.
Referensi:
University of New South Wales. (2025). Global Economic Impact of Climate Change: Projections for the 21st Century. UNSW Press.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). (2025). Climate Change 2025: The Physical Science Basis. Cambridge University Press.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2024). Statistik Ekonomi Indonesia 2024. Jakarta: BPS.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2025). Indonesia’s Green Economy Roadmap 2030. Jakarta: KLHK.