UNICORN ATAU BUBBLE? MENGAPA BANYAK STARTUP BERNILAI MILIARAN TAPI RUGI BESAR?
OPINI & ANALISIS
Dixonov
3/31/20252 分钟阅读


Pendahuluan: Mitos Unicorn di Era Kapitalisme Teknologi
Sejak munculnya era digital, istilah "unicorn"—startup dengan valuasi lebih dari satu miliar dolar—menjadi simbol kesuksesan dalam ekosistem bisnis global. Namun, di balik citra glamor ini, muncul pertanyaan mendasar: bagaimana mungkin perusahaan dengan valuasi selangit terus mengalami kerugian? Fenomena ini bukan sekadar anomali, melainkan cerminan dari dinamika geopolitik, strategi investasi agresif, dan realitas struktural kapitalisme global.
Sejarah dan Perkembangan: Dari Dot-Com Bubble ke Gelombang Startup Teknologi
Sejarah startup bernilai tinggi tetapi merugi dapat ditelusuri kembali ke era gelembung dot-com di akhir 1990-an. Kala itu, perusahaan seperti Pets.com dan Webvan menjanjikan revolusi bisnis berbasis internet, namun akhirnya bangkrut karena model bisnis yang tidak berkelanjutan (Cassidy, 2002). Perang dagang AS-China dan dominasi Silicon Valley pasca-2008 kembali menghidupkan tren investasi besar-besaran pada startup teknologi dengan pendekatan yang mirip: membakar uang untuk memperluas pangsa pasar dengan asumsi keuntungan jangka panjang (Zenglein & Holzmann, 2019).
Realisme Politik: Siapa yang Diuntungkan?
Dalam perspektif realisme politik, negara dan elite ekonomi menggunakan startup sebagai alat dominasi geopolitik dan ekonomi. Pemerintah AS, misalnya, mendukung ekspansi unicorn teknologi sebagai bagian dari strategi soft power melawan China (Shapiro, 2021). Di sisi lain, China dengan "State Capitalism"-nya memanfaatkan startup seperti Alibaba dan Tencent untuk memperkuat ekonomi domestik dan menantang dominasi Silicon Valley (Li, 2020).
Namun, strategi ini sering kali membuat startup terlalu bergantung pada aliran dana investor. Uber, WeWork, dan Grab adalah contoh bagaimana startup terus membakar uang dengan harapan menguasai pasar sebelum mencapai profitabilitas yang nyata (Ritter & Gao, 2021). Dalam konteks ini, startup bukan hanya entitas bisnis tetapi juga instrumen politik dan ekonomi global.
Krisis Model Bisnis: Pertumbuhan vs Profitabilitas
Fenomena startup bernilai tinggi tetapi merugi besar mencerminkan ketidakseimbangan fundamental antara pertumbuhan dan profitabilitas. Sebagian besar unicorn mengandalkan strategi “growth-at-all-costs,” yang didorong oleh investor modal ventura dengan harapan mendapatkan keuntungan besar di masa depan melalui IPO atau akuisisi (Gornall & Strebulaev, 2020). Namun, ketika suku bunga meningkat dan aliran modal berkurang, banyak startup menemukan diri mereka dalam kesulitan finansial, sebagaimana terlihat dalam jatuhnya valuasi perusahaan seperti Peloton dan Robinhood (Chen et al., 2022).
Indonesia: Antara Peluang dan Ancaman
Di Indonesia, fenomena startup unicorn seperti Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak menunjukkan tren serupa. Dukungan pemerintah dan regulasi yang ramah investasi telah menciptakan ekosistem yang kondusif bagi startup digital. Namun, tanpa model bisnis yang jelas dan ketergantungan pada pendanaan eksternal, banyak startup menghadapi ancaman "bubble burst" ketika sumber pendanaan menurun (Setiawan, 2021).
Kesimpulan: Antara Inovasi dan Spekulasi
Dalam perspektif realisme politik, startup bukan hanya entitas bisnis tetapi juga alat politik dan ekonomi. Pertanyaan utama bukan hanya apakah startup bisa menghasilkan keuntungan, tetapi siapa yang benar-benar diuntungkan dari model bisnis ini? Apakah startup ini adalah inovasi nyata atau sekadar bagian dari gelembung spekulatif baru? Hanya waktu yang bisa menjawab.
Referensi:
Cassidy, J. (2002). Dot.Con: The Greatest Story Ever Sold. Harper Business.
Zenglein, M. J., & Holzmann, A. (2019). Evolving Made in China 2025. Mercator Institute for China Studies.
Shapiro, C. (2021). The Economics of Startup Financing. Oxford University Press.
Li, X. (2020). State Capitalism and the Rise of Chinese Tech Giants. Cambridge University Press.
Ritter, J. R., & Gao, X. (2021). The Bubble and Burst of High-Growth Tech Startups. Journal of Financial Economics.
Gornall, W., & Strebulaev, I. (2020). Squaring Venture Capital Valuations with Reality. National Bureau of Economic Research.
Chen, H., Liu, Y., & Zhang, W. (2022). Tech Startup Valuations in a Post-Pandemic Economy. Journal of Business Research.
Setiawan, B. (2021). The Indonesian Digital Economy: Challenges and Opportunities. Indonesian Journal of Economic Studies.